Qoute Off the Day

My Photo
"Selalu ada resiko dalam setiap pekerjaan, tapi selalu ada imbalan dalam setiap resiko"

- Bong Chandra


Tentang saya

Ini Kang Surat nama aslinya Amin Surat, saya bekerja sebagai staff Administrasi di SMK Negeri 4 Malang saat ini sedang melanjutkan studi di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Merdeka Malang Read More

Social media

Instagram

Diberdayakan oleh Blogger.

Dukung Rio Haryanto


Rio Haryanto menjadi sorotan para pencinta Formula 1 dunia ketika bergabung dengan Manor Racing. Berstatus sebagai pay driver, tidak sedikit pihak yang meragukan kemampuan pembalap asal Indonesia ini untuk bisa bersaing di ajang F1.

Banyak faktor yang membuat Rio dipandang sebelah mata untuk bisa berprestasi di ajang kelas dunia seperti F1. Sebelumnya, mantan pembalap F1, Robert Doornbos, menilai Rio bisa berkiprah di Formula 1 karena faktor uang.
"Rio Haryanto berada di F1 untuk alasan tertentu. Uang yang dia bawa dan dia adalah duta Indonesia. Kita harus melihat, apakah dia dapat selalu lolos kualifikasi," ujar Doornbos di Sports Mole.

Media Inggris, F1 Fanatic, yang khusus membahas seputar perkembangan adu balap jet darat, memberikan pandangan mereka tentang Rio Haryanto. Dalam situs tersebut, mereka mendeskripsikan pria berusia 23 tahun itu sebagai pembalap yang didukung penuh perusahaan minyak negaranya, Pertamina.
F1 Fanatic juga membahas sepak terjang Rio Haryanto sebelum akhirnya bisa tampil di balapan bergengsi Formula 1. Penampilan pembalap kelahiran Solo ini selama di GP2 juga dijadikan catatan kapabilitasnya untuk bersaing dengan driver-driver papan atas seperti Lewis Hamilton, Sebastian Vettel, Fernando Alonso, hingga Jenson Button.

"Setelah memenangkan kejuaraan Formula BMW Asia pada 2009, Haryanto memenangkan balapan pada musim keduanya di GP3. Tapi, saat melangkah ke level berikutnya dengan mobil GP2 yang lebih kuat, butuh waktu hampir empat tahun untuk meraih tiga kemenangan pertamanya. Dia mungkin bisa pembalap yang kompeten daripada kompetitif, tapi dia punya basis penggemar besar yang selalu siap mendukungnya," jelas pernyataan tersebut.

sumber liputan6.com

Review Batman v Superman: Dawn of Justice



Batman v Superman: Dawn of Justice dijadikan landasan untuk aksi para superhero di DC Extended Universe.
Muvila.com – Mungkin sedikit terlambat—sehingga kerap dianggap meniru sang rival Marvel yang melakukannya lebih dulu, tetapi kini para superhero dari penerbitan DC Comics akhirnya dipersatukan di layar lebar lewat rangkaian film dalam semesta yang sama (shared universe). Disebut sebagai DC Extended Universe (DCEU), DC dan studio Warner Bros. telah memulainya lewat reboot kisah Superman dalam Man of Steel (2013). Tanpa berlama-lama, film tersebut langsung dilanjutkan dengan Batman v Superman: Dawn of Justice, yang mempertemukan Superman dengan superhero tenar lainnya, Batman.
Seperti judulnya, film arahan Zack Snyder ini menaruh sosok Batman dan Superman dalam sebuah konflik, sehingga pada titik tertentu mereka harus bertarung. Tetapi, semua orang pun akan tahu bahwa pada akhirnya mereka akan bersekutu. Apalagi bila mengetahui proyek besar dari DCEU selanjutnya adalah Justice League, film yang menyatukan para superhero DC Comics membela keselamatan bumi. Maka, sebuah tugas yang tidak mudah bagi Snyder, juga Chris Terrio dan David S. Goyer selaku penulis skenario, dalam merancang cerita Batman v Superman agar kedua superhero populer tersebut punya alasan yang kuat untuk bertikai, dan alasan yang kuat juga untuk akhirnya berdamai.
Pada dasarnya, Batman v Superman bisa dipandang sebagai 'perayaan' akan kontras dua sosok yang sudah dikenal sejak lama lewat berbagai media dan versi tersebut. Dalam film ini, Batman alias Bruce Wayne (Ben Affleck) adalah sosok yang tumbuh dengan dendam dan tragedi, sesuatu yang tak kunjung pupus sekalipun ia sudah beraksi sekitar dua dekade. Metodenya taktis dan tanpa ampun terhadap para penjahat, sehingga Batman jadi sosok yang ditakuti. Ia adalah lambang sisi gelap dari pemberantasan kejahatan yang seakan tak pernah habis.
Sebaliknya, Superman alias Clark Kent (Henry Cavill) adalah sosok baik-baik, tumbuh secara sederhana dan dididik dengan cinta kasih. Ia menjadi sorotan karena statusnya sebagai makhluk asing dari planet Krypton dengan kekuatan dahsyat, telah menyelamatkan bumi dari kepunahan. Dalam film ini, Superman digambarkan sering melakukan penyelamatan setiap ia mendengar atau melihat orang-orang tak berdaya butuh pertolongan—walaupun gimmick khas Clark melepas samarannya menjadi Superman absen di sini. Ia pun jadi sosok yang dipuja-puja dan harapan banyak orang, khususnya Lois Lane (Amy Adams) yang dicintainya.
Namun, Batman memandang Superman tetap sebagai makhluk asing yang terlalu berbahaya, karena kekuatannya yang besar punya konsekuensi besar pula. Ini dibuktikan dari pertarungan Superman dengan General Zod (Michael Shannon) di klimaks film Man of Steel, yang menimbulkan kehancuran dan korban tak sedikit. Sementara Superman melihat Batman sebagai sosok brutal dan bukan pahlawan sejati. Dua superhero dari latar belakang, tumbuh kembang, dan motivasi berbeda pun berseteru, saling mencegah satu sama lain dalam menyalahgunakan kemampuannya, dan kehadiran Lex Luthor (Jesse Eisenberg) yang manipulatif juga turut memperkeruh suasana.
Sebenarnya, Batman v Superman mengandung cukup banyak poin cerita yang dipadatkan dalam durasi sekitar dua setengah jam. Ini termasuk membangun kembali karakter Batman versi baru, pertanyaan apakah Superman perlu dipuja atau ditolak, Lex Luthor yang getol membuat senjata anti-Superman, hingga beberapa adegan yang seakan tak berkaitan langsung namun mungkin jadi dasar untuk film-film DCEU selanjutnya. Ini termasuk hadirnya sosok Diana Prince alias Wonder Woman (Gal Gadot).
Banyaknya poin yang harus diceritakan sebenarnya cukup memenuhi niat Batman v Superman sebagai sebuah film berskala besar, hendak menyentuh berbagai sisi, dan diperkuat dengan berbagai adegan yang dirancang riuh dan kolosal. Tetapi, belakangan film ini seakan overwhelmed dengan besarnya skala ceritanya sendiri, sementara filmnya hendak dibuat seringkas mungkin dalam satu kali tontonan. Hasilnya, mungkin akan timbul kebingungan mana bagian plot paling utama untuk dijadikan pegangan, dan mana yang hanya sampingan.
Mungkin hal itu terjadi dengan dasar pemikiran bahwa jika plot tidak relevan dalam cerita film ini, mungkin akan relevan di film-film DCEU selanjutnya. Karena itu pula, tak bisa disalahkan jika Batman v Superman dianggap hanya seperti prolog terhadap film-film yang akan datang kemudian. Namun, sebenarnya itu tak terlalu masalah. Paling tidak, proses bersatunya para superhero ini bisa ditampilkan dengan runut dan tidak tiba-tiba, serta secara komersial bermanfaat membangun awareness untuk film-film DCEU selanjutnya.
 
MENCOBA BERBEDA
Bukan berarti Batman v Superman tak bisa diapresiasi sebagai film yang mandiri. Yang paling mudah adalah melihat penataan visualnya, menggabungkan komposisi dramatis bak komik dengan atmosfer realis dan gritty. Gaya ini lebih mengingatkan pada filmWatchmen (2009) yang juga digarap Synder, ketimbang Man of Steel yang seolah ingin meniru gaya realis sineas Christopher Nolan dengan trilogi The Dark Knight-nya. Ini membuat Batman v Superman punya corak berbeda dari film superhero lainnya: tak mengusung keceriaan namun tak menghilangkan unsur fantastikalnya.
Terlihat juga bahwa film ini punya cara unik dalam menggambarkan karakter-karakter baru, termasuk Batman yang versinya berbeda dari dua jenis inkarnasi layar lebar sebelumnya. Bukan ditunjukkan lewat dialog terlalu banyak, watak dan histori mereka bisa terpantul dari ekspresi dan gestur. Misalnya Bruce Wayne yang di sini tak hanya lebih berumur, tetapi juga tampak lelah dan jenuh dengan segala aksinya sebagai Batman, yang tak kunjung membuatnya pulih dari rasa kehilangan.
Demikian pula Wonder Woman, yang bahkan di film ini hanya diberi ujaran beberapa kalimat saja. Ia dapat terbaca sebagai karakter yang sudah banyak pengalaman, dan ekspresi puasnya saat beraksi melawan musuh menunjukkan kegembiraan bisa unjuk kekuatan lagi setelah sekian lama. Yang juga cukup mencuri perhatian adalah Lex Luthor, dengan gayanya yang berusaha supel tetapi tampak jelas menyimpan kemarahan tak terkendali. Pemilihan pemain yang tepat sepertinya berkontribusi besar untuk keberhasilan poin-poin ini.
Pada akhirnya, walau agak keteteran dalam penuturannya, Batman v Superman terbilang sukses melakukan tugasnya dalam menanamkan gambaran karakter-karakternya, konsep, serta tone-nya, khususnya sebagai bagian dari DCEU, yang konon memang dirancang tidak se-'terang' rivalnya, Marvel Cinematic Universe. Film ini memang bertema serius, bahkan sampai menyentuh pada pertanyaan moral tentang seseorang yang punya kuasa dan kekuatan lebih dari orang lain. Tetapi, film ini juga masih menampilkan kualitas-kualitas yang dapat memberikan hiburan, serta jadi sebuah awalan yang baik untuk kelangsungan DCEU di layar lebar.
By muvila


SMK Negeri 4 Malang


SMK Negeri 4 Malang, disinilah hampir setiap hari saya berada. Mulai dari pagi hari sampai sore ataupun malam hari. Bekerja sebagai staff administrasi, setiap hari saya bertemu dengan kertas dan kertas.

Wajah SMK Negeri 4 (dulu)


Wifi Gazebo FEB



Internet adalah adalah salah satu jaringan akses penghubung antar global pada saatini, jaringan yang terdiri atas ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringanlokal yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauannya mencakupseluruh dunia. Wi-Fi   atau  Wireles   Fidelty  adalah   layanan   pendukung   untuk dapat   mengaksesinternet. 

Wifi adalah teknologi jaringan tanpa kabel yang menggunakan frekuensi tinggi.perkembangan penggunaan Wi-Fi di kota-kota besar sangat meningkat, banyak tempat seperticafe,  restoran,   hotel,   sekolah,   perguruan   tinggi   dll   yang   telah   memasang   Wi-Fi   untukkenyamanan dan mempermudah setiap civitas nya didalam mengakses berbagai situs internet.

Universitas Merdeka Malang adalah salah satu perguruan tinggi di Malang yang sudah menggunakan fasilitas  Wi-Fi. Yang salah satu penempatannya adalah Gazebo Taman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univ. Merdeka Malang   Tujuan   dari   penggunaannya adalah mempermudah civitas akademik khususnya untuk mahasiswa dan dosen. PemasanganWi-Fi   dilaksanakan   untuk menunjang   segala   aktivitas   kampus   dalam   pemberian   danpertukaran informasi demi peningkatan kwalitas. Mahasiswa adalah civitas akademik yangsering   melakukan   akses   melalui  internet  kampus.  

Eksistensi   dari  Wi-Fi  tentu   memiliki kelemahan   dan   keunggulan   dalam   setiap   aplikasi   penggunaannya.   Disatu   sisi   berbagai kemudahan   dan   kelengkapan   dalam   belajar   akan   tersaji   ketika   menggunakan   fasilitas tersebut. Disisi yang lain, fasilitas tersebut juga digunakan untuk mengakses hal- hal yang diluar jalur pendidikan. Misalnya, Pelanggaran hak cipta, pencurian identitas, cyber crime(hacker, cracker, carder) dan pernyataan kebencian (hate speech), adalah biasa dan sulit dijaga dan gambar- gambar, cerita- cerita yang “berbau” pornografi, yang dapat merusak mental psikis mahasiswa, sehingga kurang bahkan tidak dapat fokus pada kuliah yang sedangdijalaninya